Kamis, 20 Maret 2008

Catatan Alfrits J. Oroh dari pentas “ The Experimental Teater Ungu ”: FBS UNIMA TONDANO TAK MATI KARYA!

Dalam kondisi ramainya para mahasiswa menyambut perkuliahan yang baru di tahun akademik 2005-2006 ditandai dengan aktifitas mahasiswa yang sibuk dengan mengurus segalah atministrasinya baik itu membayar SPP, mengontrak mata kuliah maupun hal-hal lain yang menjadi syarat mutlak tercatat sebagai mahasiswa di semester ganjil di tahun 2005 ini baik yang masih baru ( selesai mengikuti PROBINAS dan LKMM ) maupun mahasiswa lama di kampus FBS UNIMA. Disela-sela keramaian inilah dilakukan sebuah aksi berupa pementasan yang menjadi ciri khas tersendiri menarik simpati, dilakukan oleh Teater Ungu dalam rangkah mengaplikasikan dan mengimplementasikan wujud berkesenian yang layak disebut bermanfaat dan berguna lewat sebuah pementasan jalanan bertajuk, “THE EXPERIMENTAL TEATER UNGU“. Adapun maksud kegiatan ini selain dari pada publikasi ataupun sosialisasi tetapi juga sudah menjadi program awal dari pada pengurus baru Teater Ungu yang baru mengadakan pemilihan pengurus di bulan Juni lalu untuk menyambut sekaligus rekruting anggota baru mengikuti PELDAS X (Pelatihan Dasar X) Teater Ungu pada bulan November nanti. Demikian dikatakan Ivan Susilo sebagai ketua.

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 6 September 2005 jam 11.00 pagi di kampus FBS sambil berjalan kaki dan menyanyikan yel-yel Teater Ungu dengan mengambil rute start dari jurusan Pend. Seni Rupa menuju Jurusan Pend. Bahasa Inggris yang menjadi Cek poin 1 ( Post 1) dengan mengadakan Performance berjudul PANCASILA yang disimbolkan dengan pemecahan balon oleh Alvin Damapolii, selanjutnya meneruskan perjalanan sambil terus menyanyikan yel-yel Teater Ungu dari post 1 ke 2 di jurusan Pend. Bahasa Asing dengan membaca puisi membling dalam bahasa Manado oleh penulis, selanjutnya dari post 2 ke 3 di kantor Kepegawaian Sub Kemahasiswaan dengan membawakan sebuah Happening Art dan baca puisi oleh Ivan Susilo dan Izkandar Surkarnain, selanjutnya dari post 3 ke 4 di kompleks halaman depan parkir kendaraan dilakukan Performen Art bermain goro lompat adalah salah satu bentuk kritikan terhadap sebuah kekuasaan dan kebebasan kapitalisme di sambung dengan pembacaan puisi oleh Novita Osak. Dan pada akhirnya jam 13.00 di tutup dengan sebuah pementasan naskah teater Experimental dan baca puisi bebas baik dari para anggota maupun simpatisan ataupun audiens Teater Ungu yang antara lain mengambil bagian adalah Ludfine “Angga” Setiono, Cheri Karundeng, Ria Arianti, Jelly Karundeng, Risna, Yeske, Iswan Sual, Alpen Martinus, Deddy dan Ojan yang kesemuanya berjumlah 15 orang.

Kegiatan ini direspon baik oleh berbagai kalangan intelektual mahasiswa seperti BEM dalam hal ini disampaikan oleh Billy Kawuwung sebagai ketua BEM FBS yang mengatakan, “Teater Ungu adalah salah satu bagian elemen kampus yang selalu solid dan eksis dalam menggali dan mengembangkan minat dan bakat di bidang seni teater ataupun sastra yang telah melahirkan kreator-kreator seni yang handal dan berdaya guna di kampus FBS tercinta ini”. Kegiatan ini pula turut hadir praktisi-praktisi sastra utusan dari Teater Kronis Sastra UNSRAT, Komunitas Perkerja Sastra (KONTRA) Manado, dan dari Sanggar Eben Haezer Treman sebagai lembaga-lembaga sastra dan budaya di Sulut yang sekaligus menjadi jaringan atau mitra kerja teater ungu.

Beberapa poin yang perlu penulis catat lewat kegiatan ini adalah, Pertama: Terciptanya sebuah proses peningkatan kesadaran publik / masyarakat kampus terhadap aktifitas berkesenian di UNIMA sebagai modal utama bagi generasi muda kampus untuk mengekpresikan segalah bentuk kreatifitasnya dengan bebas, berguna dan bertanggung jawab terhadap bidangnya. Kedua: Melalui pertunjukan ini kampus, dalam hal ini FBS UNIMA, adalah satu-satunya kampus yang berada di Minahasa Induk, sehingga diharapkan untuk senantiasa menjadi pusat kebudayaan di Minahasa dan Tondano sebagai kota budaya. Ketiga: Mendorong kesadaran tou-Minahasa untuk dengan sadar membangun dan mengisi kembali ruang berkesenian menuju proses peradapan.

Akhirnya, kegiatan seperti ini akan mendorong para mahasiswa sadar bahwa dunia berkesenian dalam hal ini teater adalah salah satu bagian terpenting untuk belajar berkehidupan, berani tampil beda, dan siap mengkritisi segalah bentuk ketimpangan dan pelanggaran menuju pada satu perubahan kesejahterahan bersama. Selain itu pula secara khusus bagi para pemimpin kampus harus sadar memberi perhatian lebih intens terhadap sebuah proses berkesenian yang telah memberi ruang dan warna tersendiri lewat sebuah pementasan sebagai bagian alternatif menyampaikan pesan untuk sebuah perubahan yang siknifikan. Semoga FBS UNIMA akan selalu jaya, “Viva Sastra, Dulce et Utile“



(Tulisan ini telah dimuat dalam harian Manado Pos)