“Teresa Simbol Kedermawanan, Sri Paus”
“A rich man is nothing but a poor man with money”. Wc. Fields
“ I am a millionaire. That is my religion. George Bernard Shaw”
“Kaisar” Microsoft baru-baru ini mengejutkan dunia. Apa pasal ? multimiliuner itu , Bil Gates menyumbang US $ 24 miliar atau sekitar Rp. 200 triliun rupiah. Gebrakan super billioner dunia ini diberikannya untuk membiayai Yayasan Bill dan Melinda Gates yang bergerak dalam kegiatan sosial. Kiprahnya ini membuat Gates tercatat sebagai dermawan terbesar sepanjang sejarah Amerika, bahkan jelas di dunia. Suster Teresa seorang calon “Santo” di India punya kontribusi luar biasa, membantu kaum miskin, duafa, rakyat kecil, selama 60 tahun itu merupakan kedermawanan “extraordinary” bak malaekat bagi rakyat India dan oleh Sri Paus, pemegang hadiah nobel perdamaian ini disebut “Simbol Kedermawanan”, “The only one ever had!” sebenarnya uang yang triliun sumbangan Gates telah melampaui sumbangan para raksasa “Filantropi” seperti John. D. Rockefeller, Andrew Carnegie, Henry Ford, Ted Turner dan George Soros, walau unggul dalam hal jumlah, Gates dipandang sebagai “penerus” dengan dana raksasa. Tetapi Trio Ford, Rockefeller, Carnegie, Plus Soros diyakini tetap sebagai Bapak Filantropi Amerika. Tetapi juga langkah keputusan Gates yang hanya memberi warisan Rp. 45 miliar “saja” kepada masing-masing tiga anaknya. Hal itu berarti hanya kurang dari 1 % kekayaan Gates. Bayangkan kekayaan melimpah, umur baru 48 tahun, kekayaan US$ 65 miliar atau setara Rp. 520 triliun (Kurs 1dolar Rp. 8.000). uniknya uang sebanyak bisa disebut 99,99 % halal, bukan uang korupsi. Hatinya masih bisa melihat penderitaan manusia, peka terhadap ketidak beruntungan orang lain. Bantuan difokuskan untuk riset kesehatan anak-anak, dunia pendidikan, riset teknologi. Kata Bill “ketidakadilan terbesar di dunia dewasa ini adalah kenyataan bahwa 5 miliar orang (di dunia ketiga) tidak memiliki akses terhadap perawatan kesehatan sebagaimana dinikmati1 (Satu) miliar orang di negara kaya.”
Secara kebahasaan, Philantrophy (Filantropi) berarti kedermawanan, kemurahhatian, atau sumbangan sosial, sesuatu yang menunjukkan cinta kepada sesama manusia (John. M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia Jakarta Gramedia, 1995, hal. 427).
Filantropi adalah cinta kepada sesama manusia secara umum, berbuat baik kepadanya dengan tulus, dan upaya atau kecenderungan untuk meningkatkan kehidupan kemanusiaan yang baik dan kebahagiaannya seperti lewat kemurahhatian, derma atau sumbangan (The Oxford English Dictionary Vol. VII, Ox[ord, The Clerendum Press, h. 774).
Dalam hal ini, John. D. Rockefeller bisa dianggap peletak dasar dan standar filantropi moderen. Waktu kecil beliau berprinsip “Jadikan uang, pelayan kita dan bukan kita yang mengejar uang.” Rockefeller mendirikan Standar Oil Company yang dalam geraknya mengakui sisi hampir semua perusahaan minyak yang ada. Pada tahun 1912 jumlah kekayaan Rockefeller mencapai puncaknya US$ 900 juta merupakan orang terkaya di dunia pada zamannya. Sebagian besar hartanya ia habiskan untuk berderma mendirikan Institute For Medical Research (kini Rockefeller University) dengan dana USD 50 juta. Juga Rockfeller Foundation. USD 235 juta disumbangkan ke situ. Walaupun kita semua juga calon filantropi dan adalah benar semata bahwa calon filantropi moderen semestinya datang dari bilioner-bilioner dunia. Dalam catatan THE WORLD BANK AND FORBE COM. 2003 tercatat 15 bilioner bermukin di Canada, ini ranking nomor 5 dunia, sedangkan nomor satu tentu bisa ditebak di AS. 222 bilioner paling terkaya di dunia. Menyusul 43 bilioner di Jerman, Jepang 19 bilioner, Rusia punya 17 bilioner (sesuai metode GINI INDEX) (Rihat FORBES GLOBAL, MARCH, 17,2003). Tercatat juga Raja-raja, Ratu-ratu terkaya di dunia dewasa ini, a.l. : King Fahd Bin Abdul Aziz Alsaud (Raja Saudi Arabia), umur 80, estimasi kekayaan : USD 20 billion (sekitar Rp. 160 Triliun, = Rp. 160.000.000.000.000) (Kurs 1 USD = Rp. 8000).
Sultan Haji Hassanal Bolkiah, Sultan Brunei, umur 56, kekayaan : USD 11 Billion = 88 Triliun Rupiah).
Termasuk milik kerajaan Inggris, maka tercatat Ratu Elizabeth II, Umur 76, asset : 525 million USD, hampir 5 Triliun Rupiah, dll seperti Hans Adam, Fidel Castro, Yaser Arafat. Mereka semua memang sementara menjalankan “Filantropi-Bisnis” selama ini. Jika anda termasuk “orang kaya” lokalpropinsi atau negara sudah seharusnya membaca visi dari pioner filantropi. “Andrew Carnegie (1835-1919) yang semboyannya “mati dalam gemerlap kekayaan adalah sebuah kesia-siaan” Dia termasuk diantara sedikit multi miliuner yang tidak percaya bahwa kekayaan harus diwariskan. Dia meninggalkan apa ? Pendidikan terbaik kepada anak-anaknya. Bahkan untuk umum, masyarakat dunia, beliau mewariskan 2509 perustakaan umum yang dibangunnya di Amerika, Eropah dan negara-negara yang berbahasa Inggris, Carnegie percaya, anak miskin bisa sukses dengan memberi kesempatan dari bawah, belajar di perpustakaan seperti dirinya, tentu disertai dengan kerja keras, Pioner filantropi berikut : pemilik pabrik mobil FORD MOTOR COMPANY. Saking kayanya Ford, pajaknya sebesar USD 321 juta, nah lalu Ford punya kiat agar tetap punya kendali, beliau mengalihkan 95 persen sahamnya ke Yayasan Ford. Baru tahun 1977 keluarga Ford hengkang dari Yayasan kemanusiaan tersebut.
Dewasa ini memang terdapat badan-badan yang memberi perhatian kepada orang-orang miskin. Di Jerman : Misereor yang memiliki sesanti, Gegen Hunger Und Krankheit : “melawan kelaparan dan penyakit. Di Inggris ada CAFOD. Paus memiliki dewan untuk itu dengan nama COR UNUM artinya : Satu Hati.
Sebenarnya “spirit of Philandtrophy” sudah terlihat di AS tahun 1636 dimana derma untuk membantu dana Harvard College 1790 Benjamin Franklin membentuk dana membantu orang muda yang berbakat 1829 James Smithson menyendirikan dana membangun Smithsonian Institute.
Filantropi dalam bahasa Inggris berasal dari dua kata Yunani, Philos yang berarti mencintai, menyayangi dan antropos yang berarti manusia. Filantropi menunjuk pada istilah yang berarti cinta akan manusia.
Basic teologi dari kasih tentu sudah kita ketahui yaitu Matius 22:37-38 yaitu Kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia. Bahkan musuh sekalipun perlu kita kasihi (Matius 5:44).
Kegiatan khusus filantropi berdasar pada Pengadilan Terakhir (Matius 25:31-46) lalu orang Samaria (Lukas 10:25-37) bisa menjadi renungan kita. Dari kedua contoh Alkitab tersebut intinya yaitu : bila kita cinta Yesus, cinta itu harus diwujudkan dalam cinta kepada sesama manusia, ingat wajah Yesus sesungguhnya adalah sesama manusia. Pada orang Samaria, cakrawala kemanusian diungkap dengan jelas, bukan cakrawala ibadah, tapi melintas batas tersebut. Levi dan imam petugas ibadat, tapi perhatian kepada manusia sangat lemah, bahkan mengabaikan, stigmasisasi orang Samaria yang dicap agamanya tidak murni malah menjadi contoh unggul spirit of filantropi.
Yesus Kristus, memberi makan 10.000 orang yang sementara kelaparan dan mengobati, menyembuhkan semuanya gratis. Yesus Kristus muncul paling banyak di kalangan “the have not” miskin, dan papa. Dan alangkah mulianya orang yang mengikuti teladannya soalnya apa yang diperbuat umatNya kepada orang yang lapar, haus, dan dahaga, itu sebenarny diperbuat kepada Yesus Kristus sendiri.
Di kalangan umat Kristiani mula-mulapun dikenal istilah “Hospes Venit-Christus Venit : Tamu datang – Kristus datang, siapa tamu-tamu itu penjiarah yang lapar, haus, sakit. Dari bahasa Latin hospes atau tamu itu muncul istilah hospitality (keramah-tamahan), untuk rumah sakit jadi hospital. Jelas ini “caring for the chronically and terminally sick”.
Umat Kristiani memang harus memiliki badan-badan amal yang berusaha menyatakan cinta tetapi juga memiliki akuntabilitas dan transparansi. Perlu penyumbang mengetahui “cash flow” dan harus “reportable”. Perlu juga rumusan misi, visi yang jelas, relevan dengan iklan yang tepat. Juga Badan tersebut (seperti Dorkas) dengan diakonianya bisa bekerja sama dalam satu komite. Contoh : Action Aid, British Red Cross, CAFOD, ADRA, Care International, Christian Aid, Concern, Help The Aged, Merlin, Oxfam, Save Children, Fearfamd, World Vision, in cooperation dengan Disasters Emergency Comitte. Nah siapakah filantropi Manado, Minahasa, Bitung, Tahuna dan Kotamobagu ? Siapakah dia yang menyumbang untuk wilayah “Nyiur Melambai” tercinta ? Salib putih besar yang menjulang nyata diperbukitan Pineleng seakan mengundang para dermawan lokal. Siapakah toko bisnis “Kawanua” yang sudah menyumbang di tanah sendiri, sementara bergelimangan harta di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Penulis mengenal beberapa penyumbang “non-Minahasa” yang sudah membangun lebih 30 bangunan gereja di Sulut, Sulawesi. Siapa yang menyumbang pembangunan gedung kantor Sinode GMIM saat ini ? Mana konglomerat yang berhati “cinta Jesus” kepada sesama manusia ? Mana Ford-Ford-Rockefeller-Carnegienya Manado ? Siapa yang membangun tanah “Toar Lumimuut” tercinta ? Adalah tugas para teolog juga turut menyadarkan “the sleeping-conglomerate”, “the giant money-makers”. Mari bangun, dan bantu rumah-rumah sakit, yatim piatu, rumah jompo, universitas, beasiswa, yang sakit kelaparan, tak ada uang operasi, tak ada rumah tinggal, korban narkobais, korban kecelakaan, korban kebakaran, pembunuhan dan masih banyak lagi Tuhan Yesus tolonglah kami menjumpai para filantropi Manado tersebut.
SYALOM. ORA ET LABORA
(Telah dimuat di harian Manado Pos)